Monday, May 01, 2006

Hadith, tentang Wahyu pertama

Hi, guys.. baru2 ini gw baca BLOG temen gw.. dan dia nulis tentang perubahan, and pengen nulis sesuatu yang berguna. Selain itu, gw juga lagi baca buku [ウェブの進化論] (web no shinka ron - Web Evolution) tulisan 梅田望夫 (Umeda Mochio -- salah seorang elit IT di Jepang). Nah disana ditulis tentang BLOG sebagai 「知的生産の道具」(Chiteki Seisan no Dougu--alat untuk Produksi Intelektual).

Walaupun gw pikir, BLOG gw ini juga cukup berguna (setidaknya untuk menumpahkan perasaan gw), tapi sekali2 pengen lah posting sesuatu yang mungkin juga bisa berguna untuk orang lain. ^_^. Yah.. bahasa kerennya supaya bisa jadi
「知的生産の道具」(Chiteki Seisan no Dougu--alat untuk Manufaktur Intelektual) tadi.

So.. gw posting artikel(?) berikut ini, yang gw copy paste dari Milist Persaudaraan Muslim Indonesia-Jepang (PMIJ). Temen2 dari Bidang Pustaka PMIJ, nampaknya juga mengutip artikel berikut ini dari [Terjemah Hadits SHAHIH BUKHARI Jilid I, II, III & IV oleh Al Imam Al-Bukhary].

------Kutipan------

Dari 'Aisyah, Ummul Mu'minin r.a., katanya: "Wahyu yang mula-mula turun kepada Rasulullah saw., ialah berupa mimpi-baik waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak itu hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke Gua Hira. Di situ beliau beribadat beberapa malam, tidak pulang ke rumah isterinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Kemudian beliau kembali pula ke Gua Hira, hingga suatu ketika datang kepadanya Al Haq (kebenaran atau wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira itu".
Malaikat datang kepadanya, lalu katanya, "Bacalah!"
Jawab Nabi, "Aku tidak pandai membaca."
Kata Nabi selanjutnya menceritakan, "Aku ditarik dan dipeluknya sehingga aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca. "Bacalah!" katanya.
Jawabku, "Aku tidak pandai membaca."
Aku ditarik dan dipeluknya pula sampai aku kepayahan. Kemudian aku dilepaskannya dan disuruhnya pula membaca. "Bacalah!" katanya.
Kujawab, "Aku tidak pandai membaca."
Aku ditarik dan dipeluknya untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskannya seraya berkata:
"Iqra' bismi rabbikalladzi khalaq. Khalaqal insaana min 'alaq. Iqra'! Wa rabbukal akram. (Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah.
Bacalah! Demi Tuhanmu Yang Maha Mulia.)

Setelah itu Nabi pulang ke rumah Khadijah binti Khuwailid, lalu berkata, "Selimuti aku! Selimuti aku!"
Lantas diselimuti oleh Khadijah, hingga hilang rasa takutnya.
Kata Nabi saw. kepada Khadijah (setelah dikabarkannya semua kejadian yang baru dialaminya itu), "Sesungguhnya aku cemas atas diriku (akan binasa)."
Kata Khadijah, "Jangan takut! Demi Allah! Tuhan sekali-kali tidak akan membinasakan Anda. Anda selalu menghubungkan tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan (mengadakan) barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran."

Setelah itu Khadijah pergi bersama Nabi menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, yaitu anak paman Khadijah, yang telah memeluk agama Nasrani (Kristen) pada masa jahiliyah itu. Ia pandai menulis buku dalam bahasa Ibrani (bahasa orang Yahudi-red). Maka disalinnya Kitab Injil dari bahasa Ibrani seberapa dikehendaki Allah dapat disalinnya. (Maksudnya, tidak diketahui dengan pasti berapa banyak yang telah disalinnya-red). Usianya telah lanjut, dan matanya telah buta.

Kata Khadijah kepada Waraqah, "Hai, anak pamanku! Dengarkanlah kabar dari Anak Saudara Anda (Muhammad) ini".
Kata Waraqah kepada Nabi, "Wahai Anak Saudaraku! Apakah yang telah terjadi atas diri Anda?"
Lalu Rasulullah saw. menceritakan kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya.
Berkata Waraqah, "Inilah Namus (Malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa. Wahai, semoga saya masih hidup ketika itu, yaitu ketika Anda diusir oleh kaum Anda."
Maka bertanya Rasulullah saw. "Apakah mereka akan mengusirku?"
Jawab Waraqah, "Ya, betul! Belum pernah seorang jua pun yang diberi wahyu seperti Anda, yang tidak dimusuhi orang. Apabila saya masih mendapati hari itu, niscaya saya akan menolong Anda sekuat-kuatnya."
Tidak berapa lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu pun terputus untuk sementara waktu.

Kata Ibnu Syihab, Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarkan kepadanya, bahwa Jabir bin Abdullah Al Anshari menceritakan tentang terputusnya wahyu, katanya Nabi saw. berkata dalam hadisnya: "Pada suatu waktu, ketika aku sedang berjalan-jalan, tiba-tiba kedengaran olehku suatu suara dari langit. Maka kuangkat pandanganku ke arah datangnya suara itu. Kelihatan olehku malaikat yang pernah datang kepadaku di Gua Hira dahulu. Dia duduk di kursi antara langit dan bumi. Aku terperanjat karenanya dan terus pulang. Aku berkata kepada Khadijah, "Selimuti aku!" Lalu Allah swt. menurunkan ayat:
"Ya, ayyuhal muddatstsir! Qum, fa andzir! Wa rabbaka fa kabbir! War rujza fahjur!"
(Hai, orang yang berselimut! Bangunlah! Maka berilah peringatan! Dan besarkanlah Tuhanmu! Dan bersihkanlah pakaianmu! Dan jauhilah berhala! )

Maka semenjak itu wahyu selalu turun berturut-turut.
Sumber : Terjemah Hadits SHAHIH BUKHARI Jilid I, II, III & IV oleh Al Imam Al-Bukhary

2 comments:

Anonymous said...

Sukma, kayanya di atas nulisnya : [Chiteki Seisan no Dougu--alat untuk Produksi Intelektual], yah?

Di bawahnya (paragraf 2) ko jadi : [Chiteki Seisan no Dougu--alat untuk Manufaktur Intelektual]

Sama, yah?

Unknown said...

Hehehe.. iya sih ryk.. pas nyari di Denki Jiten, ketemu 2 kata2 itu.. production and manufacture. Pertama2 pakai kata manufacture, lebih pas kayaknya. Cuman takutnya bahasanya jadi terlalu sulit dimengerti, malah kurang efektif.. jadi pake produksi.